Banyak owner/pemilik hotel yang mengeluhkan kinerja manajemen yang tidak kunjung mendatangkan keuntungan dari investasi hotel mereka. Hal ini dialami oleh kebanyakan hotel yang non-chain management. Mengapa? Menurut pengamatan saya selama belasan tahun berkecimpung di hospitality industry ada 4 hal yang menyebabkan income hotel menjadi kurang maksimal bagi owner, antara lain :
1. Tidak jelasnya positioning dan targeting hotel
2. Penyusunan Visi dan Strategi yang tidak terarah dan terukur
3. Kurangnya kepercayaan dari Owner terhadap manajemen
4. Salah dalam menyikapi kompetisi antar hotel
Melihat ke-empat hal tersebut, saya mencoba memberikan masukan bagi Owner maupun manajemen hotel, utamanya bagi hotel dengan single management atau non-chain hotel.
1. Targeting dan Positioning
Kebanyakan hotel cenderung ingin meraih semua pangsa pasar yang ada. Hal ini karena pemikiran bahwa dengan merambah semua pangsa pasar akan mendapatkan keuntungan besar. Menurut saya pendapat ini kurang tepat, karena saat ini menggarap pangsa pasar hotel tidak bisa secara heterogen. Maksudnya adalah, hotel seharusnya merumuskan target marketnya lebih fokus. Apakah menargetkan pelaku bisnis , pleasure, MICE atau traveler. Dengan target yang fokus maka hotel akan lebih mudah menentukan positioningnya, yang terkadang bahkan bisa dijadikan sebagai tema dari tagline promotion hotel tersebut.
2. Visi dan Strategi
Menurut pendapat saya, Visi yang disusun seharusnya dirumuskan bersama oleh semua stake holder hotel, mulai dari Owner, Manajemen dan Karyawan. Hal ini perlu dilakukan untuk menyamakan persepsi. Kemudian Visi itu harus jelas. Karena hotel adalah business institution, tidak ada salahnya dalam merumuskan visi perlu dimasukan angka yang menjadi tujuan dari hotel tersebut.
Contoh :
VISI : Menjadi Leading Hotel di Semarang dengan tingkat occupancy 80% dan tingkat kepuasan pelanggan 100%
contoh visi di atas lebih jelas dari pada :
VISI : Menjadi Leading Hotel di Semarang dengan tingkat occupancy tinggi dengan pelayanan prima
Silakan bandingkan antara visi yang pertama dan kedua. Menurut Anda mana yang lebih fokus dan lebih mudah dalam menjabarkannya menjadi Strategic Plan? Yang pertama bukan?
3. Kepercayaan Owner
Hal ini mejadi masalah klasik dalam dunia perhotelan. Dari dulu hingga saat ini sering terjadi terkadang Owner kurang percaya sepenuhnya kepada manajemen. Hal ini terjadi karena management perform yang kurang bagus di mata Owner. General Manager dianggap hanya makan gaji buta karena tidak bisa menjabarkan visi hotel yang erujung pada keuntungan dan percepatan pengembalian investasi (ROI) bagi Owner.
Saran saya kepada Owner : Kalau Anda bisa membangun hotel dengan angka milyaran rupiah? mengapa harus mencari tim manajemen yang mau dibayar murah? Seharusnya investasi yang bernilai milyaran rupiah itu dibarengi dengan rekrtumen tim manajemen yang punya kapasitas dan integritas tinggi tanpa harus takut membayar mahal. Anda sebagai Owner seharusnya lebih mementingkan pengembalian investasi dari orang-orang yang kredibel dan mumpuni, daripada harus marah-marah setiap hari karena pencapaian kinerja manajemen yang buruk.
Saran saya kepada Manajemen : Alangkah baiknya ketika Anda dan tim dipercaya memegang sebuah hotel, tidak lagi berkutat tentang langkah-langkah opersional. Tetapi lebih menitikberatkan pada langkah-langkah strategis yang menghasil terobosan untuk lebih bisa mendatangkan keuntungan bagi Owner. Pengalaman saya pribadi, saya lebih suka punya gaji pokok kecil, akan tetapi punya hak memperoleh prosentase dari income hotel. Hal itu memicu saya untuk selalu mencapai target yang ditentukan oleh Owner. Ini lebih membuat saling menghargai dan menjaga hubungan baik secara profesional antara Owner dan tim manajemen.
4. Menyikapi Kompetisi
Kompetisi menurut saya adalah sebuah keniscayaan dalam segala hal. Hal ini yang akan membedakan mana yang akan menjadi terbaik. Untuk itu dalam menyikapi kompetisi hotel yang makin ketat saat ini seharusnya dengan berfikir positif. Buatlah terbosan pemasaran yang out of the box. Jangan menggunakan cara pemasaran terbodoh di dunia yaitu discount. Disadari atau tidak ketika sebuah hotel mulai menerapkan discount sebagai senjata untuk menghadapi kompetitor, sebenarnya mereka sedang men downgrade branding mereka sendiri.
Demikian sedikit sharing dari saya semoga bermanfaat.
Posted by : TEGUH LIBERTY http://libertyconsultantpemalang.com